Harusnya Sadar Bukan Sabar
ADAHARAPAN.ID - Oleh : Mega Saputra*
Dinamika kehidupan kerap menyajikan berbagai kenyataan yang membingungkan. Mengoyak alam pikiran untuk menentukan sikap dengan segala kebijakan. Tak khayal, kebingungan memahami hidup menjadikan kita mahluk plin-plan. Bukannya sadar malah sabar !!!.
Penindasan kerap dipertontonkan secara telanjang. Dihadapan mereka sekumpulan orang yang tak tentu arah tujuan. Jangankan melawan, mempertanyakan keadaan saja mereka sungkan. Gerombolan serigala dengan taring dan cakar tajam terus mengamuk. Menerkam mereka yang coba membangunkan sekumpulan kelinci untuk segera sadar, bukan sekadar sabar.
Jeruji ambisi memang kerap menghantui. Mereka yang punya visi untuk jalani hidup dengan penuh eksistensi. Tapi ambisilah amunisi yang mampu menjaga mimpi. Tak apa berambisi asal kau tau kapan kau harus berhenti. Tak mengapa berambisi asal kau letakkan ambisimu untuk kepentingan semesta alam.
Bertahan memang menyulitkan. Tapi melawan kawanan sendiri lebih menyakitkan. Bertumpuk cerita kelam tentang kebersamaan. Mereka lebih memilih bersama dengan yang lain ketimbang dengan yang ada didalam. Entah apa yang disajikan. Mungkin lauk pauk lezat dengan hidangan penutup yang mengenyangkan bahkan tak jarang memabukkan.
Harapan itu selalu datang. Tapi tidak jika selalu disia - siakan. Semuanya semakin terang benderang. Siapa kawan siapa lawan, dan siapa saja yang hilang kesadaran. Entah sampai kapan mereka akan siuman. Mereka mungkin menang, tapi kebenaran akan selalu datang. Sekalipun tidak tepat waktu yang kita inginkan. Ia kan datang di waktu yang tepat. Percayalah, Tuhan punya sekenario kehidupan yang mengagumkan.
Asa itu masih ada? Kemungkinan masih ada. Asa untuk berlayar dilautan dan berlabuh di dermaga yang sama. Nahkoda punya kuasa, kemana awak kapalnya berlayar. Jika nahkoda tak bisa membaca arah kompas, maka hujamkan jangkar kedasar lautan dan berhentilah. kapal butuh nahkoda baru. Nahkoda yang mampu membersamai awak kapal untuk santun menyapa amukan ombak dan kerasnya batu karang.
Sabar memang menyejukkan, tapi sadar adalah adalah koentji untuk segara siuman dari hegemoni (lebih daripada dominasi) yang tak berkesudahan.
*Penulis adalah ayah purnawaktu dengan slogan "banyakin ngemong,kurangi ngomel,maksimalkan ngemil".
0 Komentar