Merawat Nalar di Era Irasional
Adaharapan.id - Oleh : Mega Saputra*
Dunia kian hari makin membingungkan. Menyuguhkan berbagai teka-teki kehidupan. Percaya atau tidak, orang bisa dengan mudah berubah dari jati dirinya ke sosok lain demi meraup berbagai keuntungan. Dunia yang terangkum dalam gadget mempermudah manusia dalam mengakses bahkan merekayasa realitas dunia. Dimana dan kapanpun ia berada, ia dapat dengan mudah mengetahui apa yang terjadi di penjuru belahan dunia . Orang-orang berkeringat membanting tulang untuk sekadar makan siang, sebagian selebgram dan tik tokers radikal sibuk bergoyang dan meraup gemerlap keuntungan. Guru-guru sibuk mengajar bahkan kelelahan dengan berbagai tuntutan adminstrasi dan harapan wali murid, sebagian orang sibuk menawarkan fitur game terbaru untuk selalu dimainkan sepanjang waktu. Wakil rakyat sibuk berteriak , berdalih mengawal amanat rakyat, nyatanya perihal rekanan yang belum mendapat tempat. Ladang subur yang kita kenal dengan APBN atau APBD itu. Ulama berteriak kafir, sembari menyuguhkan tarif. Orang tua memaksa anaknya sukses dunia akhirat, namun ia sibuk dengan gawainya. Bagi para pengguna kereta dan pesawat diwajibkan antigen, tidak bagi mereka pengguna bus, sepeda motor, sepeda, becak, ojek, pejalan kaki. Bagi rezim irasional virus hanya akan berpindah melalui kereta dan pesawat. Nyatanya, kebenaran masihlah milik kebanyakan. Mayoritas adalah kenyataan dan minoritas tak perlu lagi dibahas. Dunia yang maha kompetitif dan serba digital telah mendistorsi akal.
Mampukah kita stay waras di dunia yang semakin membuat was-was ?. Kekhawatiran tentang dunia yang semakin disesaki oleh anomali memaksa kita untuk tetap berpegang teguh pada kebenaran hakiki. pada prinsip hidup tentang mana kebenaran dan kesalahan, siapa benar siapa salah, siapa musuh siapa kawan. sekalipun tak ada musuh yang abadi sebagaimana Pak menhan praktikan di kabinet kementerian. Tapi sikap tuntuk melawan penindasan dan kesalahan janganlah pernah berubah apalagi berbaur dengan kepentingan. Saat semuanya tunduk pada kekuaasaan, Inilah fase apa yang rocky gerung bilang, " Kepentingan bertemu Kebutuhan".
Menyelamatkan nalar di tengah pusaran ambiguitas dunia membutuhkan ikhtiar sungguh-sungguh yang tak berkesudahan. Menjaga nalar agar tetap waras dan rasional haruslah didasari pada cara pandang hidup tentang dunia dan kehidupan setelah dunia berakhir. Beberapa pilihan hidup di bawah ini semoga dapat menyelematkan nalar anda dari hiruk pikuk logika dunia yang tak tentu arah.
Sadari Bahwa Dunia Hanyalah Tempat Menumpang Tawa
Setiap kita percaya bahwa perhelatan duniawi selalu memiliki batas akhir. Bukan sekadar menyerah pada keadaan, tapi kita semua sadar bahwa ada kekuatan Maha Dahsyat yang mengelola kehidupan manusia dan seisi dunia. Sang Maha Dahsyat telah menyiapkan skenario hebat, bukan hanya tentang perjalanan hidup di dunia tapi juga di kehidupan setelah dunia selesai. Sadari bahwa ambisimu yang belum tercapai pada satu titik bisa saja hanya menjadi kesia-siaan. Sadari apa yang sedang kau perjuangkan perihal dunia ini, bisa jadi tak akan berimplikasi pada kebahagianmu di hari nanti. Sadari, bahwa sahabat bahkan musuhmu hari ini, pada akhirnya hanya akan memedulikan dirinya di hari pembalasan dan penghitungan nanti. Maka, hiduplah dengan wajar di dunia yang kian lama kian kurang ajar.
Tetaplah Berguna Walau Jadi Beban Negara
Tak perlu repot menguras isi kepala memikirkan bangsa yang kian merangkak menuju kesengsaraan. pusing nan lieur memikirkan bagaimana sumbangsih anda dalam membangun negara tak berbanding lurus dengan negara yang acap kali mencatut nama anda dengan tagline "dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat". Nyatanya semua perihal dari "Saya untuk saya dan kelompok saya oleh saya dan kelompok saya". Cukuplah anda berguna bagi diri dan orang sekitar anda. Jika dalam skala mikro anda dapat tepat guna, maka baru cobalah untuk berguna bagi seisi alam dunia. Anda terlalu sibuk mengkaji konspirasi dunia tentang pandemi sampai anda lupa ada piring kotor yang harus di cuci secara mandiri. Ada berliter-liter keringat dan air mata kedua orang tua yang harus anda seka dengan doa-doa anda. Ada kerinduan tentang canda keluarga yang kian hari kian sirna lantaran anda sibuk memikirkan maju mundurnya dunia dan negara. Biarkan negara bekerja dengan sistemnya sendiri. Cukuplah anda memilki KTP elektrik dan menikmati berbagai intrik dari para aktor negara yang kian hari kian menggelitik.
Lestari Bahagia , Punahlah Muram Durja
When Iwan fals said, "Keinginan adalah sumber penderitaan" memang benar adanya. Stres, depresi adalah buah dari keinginan yang tidak terkelola dengan baik. Hingga akhirnya, keinginan itu mengabrasi kebahagiaan itu sendiri. Berbahagialah dengan apa yang kita punya, bukan dengan apa yang kita inginkan. Cita-cita tentu harus setinggi langit, tapi penting kaki untuk tetap menapak di bumi. Bahagia harus ada di tengah kehidupan yang hari ini menghadirkan kewas-wasan. Penyebaran virus mulai melonjak tinggi, pun harga sembako di akhir tahun mulai menanjak tinggi. Tapi tenang, di rumah kita masih berkelakar ria bersama keluarga dengan sepiring nasi dan telor ceplok. Pulanglah, bahagia nyatanya dekat dan sesederhana itu. Tertawalah, redam ambisi dengan menikmati apa yang sudah dimiliki. Rehat sejenak, esok kita rangkai lagi mimpi.
Kututup rentatan paragraf sederhana yang entah bermakna untuk hidup anda atau tidak ini dengan apa yang diutarakan Salvador Dali, seorang pelukis spanyol yang pernah berkata, " Hanya ada satu perbedaan antara orang gila dan diriku. Orang gila berpikir dia waras. Aku tahu aku gila".
* Penulis adalah Pendamping Program Keluarga Harapan KEMENSOS RI
0 Komentar