Hanyut
Oleh : Ahmad Soleh*
Semalam aku melafal doa
sebelum tidur, juga
saat bangun pagi
namun semua hanyut
saat aku mandi
diguyur dingin pagi-pagi
sebelum tidur, juga
saat bangun pagi
namun semua hanyut
saat aku mandi
diguyur dingin pagi-pagi
paginya, aku membaca koran
saat perut masih keroncongan
belum diganjal sarapan
dan semua hanyut
saat aku minum kopi
bersama berita utama hari ini
lima jam setelahnya
aku duduk di ruang aksara
buku di tangan kanan
kopi di tangan kiri
namun semua hanyut
di beranda media sosial
dan segala yang viral-viral
tiga puluh menit sehabis itu
aku membaca dua puisi
yang bertanya-tanya soal
diri sendiri yang
dihanyut arus sungai
terbawa sampai muara
terombang-ambing
bersama botol plastik
di permukaan laut
yang keruh bukan main
semakin kapalaku didera pening
baru saja—dua menit yang lalu
aku diam, menghela napas panjang
menepi dari semua bacaan
lalu mengambil gawaiku
menggambar sungaiku sendiri
panjang, berkelok, berombak,
dan dengan oret-oretku
kini aku siap membawamu
hanyut arungi jeramku.
Depok, 15 Desember 2021
*Ahmad Soleh. Lahir di Cirebon, 24 Februari 1991. Ia mulai menjadi pengrajin puisi sejak SMA. Puisi-puisinya pernah terbit di berbagai media massa, mulai dari Harian Republika, MadrasahDigital.co, Gagas.ID, Rahma.ID, GhirahBelajar.com, Omong-Omong.com, Mbludus.com, Pucukmera.ID, Adaharapan.ID, Retizen.ID, Qureta.com, dan media sosial pribadinya. Beberapa puisinya telah terbit menjadi buku. Di antaranya Untuk Mak Eha (2015), Hujan Ibu Kota (2017, bersama Ayumusa dan Salma), dan Memutus Wabah Pilu Menyemai Benih Rindu (Diva Press, 2020). Beberapa karyanya bisa ditemukan di media sosial Instagram @ahm_soleh, Twitter @madshaleh, atau Facebook Sholeh Fajrul. Kontak email ke ashshaleh18@gmail.com dan WA 085717051886.
0 Komentar