Dua Hal untuk Menjaga Asa Bahagia
Oleh : M. Saputra*
Kebahagiaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu kesedihan di atas perasaan dan pikiran harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perihal hidup yang harusnya dinikmati. Manusia tak pernah dapat lepas dari masalah dan tantangan apa yang akan menyapanya di hari esok.Tapi konsepnya tetap sama, "kemarin adalah masa lalu, esok adalah teka-teki, hari ini yang patut kau syukuri". Bahagia adalah substansi dari hidup bermasyarakat, berkeluarga bahkan sendiri. kebahagiaan menjadi sedemikan subjektif dan relatif karena memang ia tak dapat dikalkulasi. Berapapun rupiah di saku anda, anda akan dapat tertawa jika hari-hari yang anda lalui membahagiakan. Tapi tentu akan lebih bahagia jika hari-hari itu anda lalui dengan rupiah di saku anda. Tapi tetap, kebahagian bukanlah komoditi komersil yang dapat di perjualbelikan apalagi ditukar tambah.
Menjaga asa bahagia artinya merawat kewarasan di tengah arus global dan nasional yang kian binal. Era dimana tercerabutnya akar etika dan moral luhur itu sendiri. Masa dimana hal tabu menjadi tabiat. Hal tak lazim mendapat izin. Tak perlu kita urai apa saja contoh praktiknya. Dunia ini semakin telanjang mempertontonkan keirasionalannya. Untuk memfilter itu semua ada baiknya jangan terlalu optimis terlebih utopis dengan berharap dunia selalu hadir dengan wajah yang manis. percayalah, masalah itu datang tanpa mengabari dan bisa saja pergi tanpa permisi. Terkadang, manajemen konflik terbaik adalah," biarkan waktu yang memperbaiki", "hanya waktu yang dapat menyembuhkan luka".
Dua hal yang paling tidak dapat anda miliki, untuk tetap menjaga nyala api bahagia. Pertama, jadilah insan yang pandai bersyukur. Bersyukur adalah Imunitas terkuat yang diciptakan Tuhan sebagai penolong dan penyelamat manusia dari tumpukan problem yang kerap datang. Orang yang pandai bersyukur akan sejahtera secara moril dan psikis. Bahkan peneliti dari Family Medicine and Public Health University of California Sandiago melakukan penelitian terhadap 186 pria dan wanita yang memiliki masalah terhadap kesehatan jantung, dan ditemukan ada hubungan erat antara kesehatan jantung dan rasa bersyukur. Penelitian menunjukan bahwa rasa syukur dan fokus pada hal-hal yang membahagiakan berdampak kepada keuntungan emosi dan interpersonal yang lebih baik. Kiranya benar apa yang D'masiv fatwakan, "syukuri apa adanya, hidup adalah anugrah".
Ingat, Tuhan menggaransi, jika kau menjadi hamba yang pandai bersyukur maka nikmatmu akan selalu ditambah, pun sebaliknya, jika kau ingkar maka azab Tuhan sangatlah pedih. Tapi sobat, bersyukur bukan berarti juga berpasrah pada stagnasi hidup. Teruslah bergerak dinamis sembari bersyukur dan nikmati apa yang kau lalui dan capai. Seberapapun capaian itu, nikmati, hayati, hidup kini bukanlah kompetisi tapi lebih kepada kolaborasi.
Kedua, jadilah manusia yang pandai bersabar. Tak mudah memang, tapi ya memang sabar terkadang solusi yang paling tepat. Kelak, apapun usaha yang kita lakukan dan tak sesuai keinginan hanya bisa diobati oleh satu kata , "sabar". Bahkan dalam pandangan agama, untuk meminta tolong Tuhan itu ada dua cara, pertama sabar dan kedua adalah sholat. Hidup boleh saja berekspektasi tapi semua masih teka teki. Sabar menjadi kunci yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang mengerti bahwa hidup tak selamanya tentang apa yang kita inginkan tapi tentang apa yang kita butuhkan.
Bersabar bukan juga tergesa-gesa berpasrah. Sabar dalam makna yang progresif, adalah sabar untuk menikmati sekenario terbaik Tuhan setelah ikhtiar yang diperjuangkan. Tak perlu bermimpi untuk menggenggam dunia, kau cukup kalahkan dirimu kemarin dengan menjadi lebih baik di hari ini dan bersiap menjadi lebih baik di hari mendatang. Realisasi sabar tentu menjadi sedemikian subjektif. Ada yang me time, self love, healing, jalan-jalan, berdoa di sepertiga malam, hingga aktualisasi pilihan sabar lainnya yang kesemuanya dapat menjadi saluran untuk meredakan rasa kecewa.
Syahdan, lihai bersyukur dan bersabar manjadi dua sisi yang saling melengkapi. Dua pedoman yang menjadi teman dalam kita menikmati indahnya takdir Tuhan. Yakin saja, tak semua maksud Tuhan dapat dirasakan secara instan, butuh satu, dua bahkan bertahun-tahun untuk mengerti tenatng apa yang digariskan Tuhan adalah apa yang terbaik untuk hambanya.
Wallahualam ,
*Seorang hamba penikmat takdir yang bermimpi menjadi produsen endorfin.
0 Komentar