Keliru
"Waalaikumsalam. Alhamdulillah, jam berapa ke sininya?" ia membalas pesan.
"Sorean, Bu" jawab donatur.
Hmm..padahal ia berharap ada kepastian waktu agar anak-anak tidak terlalu lama menunggu, tapi ya sudahlah, tak apa, besok dipastikan lagi.
Esok harinya, sampai pukul 4 sore kiriman makanan belum juga sampai, beberapa kali bu panti mengirim pesan Whatsapp, dikabarkan kalau makanan sedang on the way. Bu panti mulai merasa tidak tenang.
Pukul 5 sore, makanan belum juga sampai, donatur beberapa kali mengirim pesan permintaan maaf karena terlambat. Anak-anak yang menunggu sedari ashar nampak gelisah.
Pukul 6 sore, 5 menit sebelum adzan magrib, makanan akhirnya sampai, donatur meminta maaf dengan sangat karena terlambat. Katanya karena membawa 300 boks dan mengirim ke beberapa panti asuhan, makanya terlambat.
Saat dibuka, sungguh disayangkan makanannya basi. Mata bu panti berembun, menatap satu persatu wajah lapar dan kecewa anak-anak asuhnya yang sudah berjam-jam menunggu.
"Ya Allah ya Robb, rupanya memang bukan rezeki kami"
Shodaqoh yang tujuannya membahagiakan malah menyengsarakan. Bu panti paham donatur tidak bermaksud demikian, namun cara yg dipilih sungguh keliru. Padahal kalau jumlah dan lokasinya banyak bisa dikirim via grab. Adapun jika alasannya ingin sekalian silaturahim, bisa via WA dulu atau berkunjung di lain waktu.
Bu panti membuka aplikasi whatsapp dan dengan perlahan mengetik kata demi kata untuk dikirimkan kepada donatur.
"Terimakasih atas kepeduliannya, tapi mohon maaf makanannya basi dan tidak bisa dimakan."
Donatur berkali-kali meminta maaf, merasa sangat menyesal dan berjanji esok hari akan mengirimkan makanan kembali. Namun bu panti menolak dengan halus.."biarlah ini menjadi pembelajaran saja".
Wallahu'alam bishowab...
*Nuzulia R adalah hamba Allah pencari hikmah.
0 Komentar