Resolusi Tak Melulu Harus Solusi

0 Komentar


ilustrasi : umma.id


Oleh : M. Saputra*

Setiap orang selalu berambisi untuk beresolusi. Mengoreksi capaian diri yang kian hari kian begini-begini saja.  Menjadi pribadi yang berbeda dari hari kemarin hingga lupa ia adalah pribadi yang spesial itu sendiri. Tak mudah kini menjumpai jati diri. Stratifikasi sosial telah menjelma menjadi peradilan. Menghakimi siapa dan bagaimana manusia itu berperan dalam pusaran peradaban. Bahkan standarisasi kesuksesan menjadi sedemikian picik diukur dengan statistik materialistik. 

Lelah, jika kau terus memenuhi ekspektasi orang lain bahkan orang terdekat. Kadang luka terdalam adalah luka dari orang yang kita anggap paling berharga. Biarlah dunia dan mereka melaju dengan segala hiruk pikuknya. Percayalah, diri ini tak perlu berubah hanya perlu berbenah. Tak perlu bermimpi memberi solusi jika mencintai diri sendiri saja tak begitu mumpuni.

Setiap kita telah dikarunia keunikan tersendiri dari sang pencipta. Tuhan tak mungkin ciptakan hambanya hanya sekadar menjadi penumpang gelap di muka bumi. Tuhan sang Maha sutradara telah memberikan skrip untuk kita pelajari dan renungi. Skrip yang kelak mengilhami bukan sekadar menghakimi. Skrip yang akhirnya menjadi tempat kembali saat kau mulai sadar diri pasca tak tahu diri. 

Peduli bahkan ingin selalu menjadi aktor pemberi solusi boleh saja, asal kau mengerti kapan waktunya berhenti. Tapi, beresolusi untuk lebih mencintai diri lebih menjadi urgensi. Cara  bagaimana mensyukuri apa yang telah kau jalani dan lewati. Berbahagialah dengan apa yang kau miliki sekarang. Karena terkadang memepertahankan lebih sulit ketimbang mendapatkan. O iya, satu lagi, semua kepahitan yang telah kau alami, cukuplah dikenang dan tak perlu diulang. 

*Seorang hamba penikmat takdir yang bermimpi menjadi produsen endorfin.

0 Komentar