Elegi Karib Baid

0 Komentar


Oleh : Via Tania

Ada luka di depan mata
Namun terselip rindu dalam kalbu
Ada canda, ada tawa
Namun tak lekang sampai petang menyerang

Luka bersama, saling melukai
Rindu bersama, saling merindukan
Canda tawa bersama, saling bersenda gurau

Meski jarak dihitung dengan kilometer, knot, dan air speed 
Melewati berbagai daratan, lautan, gunung, dan penjuru mata angin
Tak dapat dihitung ketika karib baid telah melekat dalam pelukan ibu pertiwi
Ketika karib baid telah menyatu, menjadi setawar dan sedingin
Ketika itulah elegi bergetar menghasilkan ribuan frekuensi di antara manis dan pahitnya
bersatu hati

Sudah biasa mengarungi bersama
Saling bertopeng tipu daya, melompati teka-teki mental, juga cemburu memuncak
Melewati badai deksura yang menghitam
Mencium semerbak keringat bumi pertiwi
Menjalar di permukiman runcing yang kian meninggi
Dan menghela napas bersama, ketika amarah hadir dalam akar kata

Dari ufuk fajar
Kedewasaan telah mengalir di beranda rumah kita
Syahdu, hangat, dan asyik
Menari-nari dilekukan warna pelangi
Terlintas lesung pipit yang elok dan rupawan
Ketika itulah karib baid hidup berlentera
Berbeda rahim, namun tetap abadi dalam satu ibu pertiwi

0 Komentar